kompas cadas tri satya

Kompas Cadas Tri Satya Slideshow: Kamila’s trip from Bandung, Jawa, Indonesia to 2 cities Jakarta and Sukabumi was created by TripAdvisor. See another Indonesia slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.

Rabu, 04 Januari 2012

Meraih Prestasi




Tekad mesti kita perbarui dengan menghadirkan “semangat baru”. Semangat yang dapat memancarkan energi dahsyat. Yang mampu mengukir berbagai prestasi kehidupan. Mulai dari prestasi-prestasi akademik hingga kemudian mampu meraih berbagai prestasi gemilang lainnya. Terlebih tekad kita untuk meraih prestasi (kemenangan) dalam menghadapi tantangan kehidupan. Emosi merupakan bagian dari potensi hidup manusia yang dapat melahirkan tekad, energi, dan “semangat baru” dalam mengarungi samudera kehidupan yang kian bergejolak dan menantang. Dengan kematangan emosi akan melahirkan pribadi-pribadi tangguh, tegar, dan sabar dalam menapaki liku-liku kehidupan. Setiap manusia harus memahami hakikat hidupnya di dunia. Manusia harus memahami : dari mana ia berasal,untuk apa hidup, bagaimana dia menjalani kehidupannya, serta kemana setelah mati. Pertanyaan ini sangat mendasar. Erat kaitannya dengan pencarian jati diri seseorang demi menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Pemahaman hakikat hidup ini merupakan konsepsi dasar yang akan membentuk persepsi seorang manusia. Persepsi atau pemikiran ini akan menentukan corak atau gaya hidup seseorang. Seseorang yang telah memahami hakikat hidupnya di dunia dengan benar; menggapai kebahagian dunia dan akhirat merupakan sebuah konsekuensi. Dalam menjalani hidup selalu berorientasi untuk Sang Pencipta Alam. Ia (juga) akan selau meningkatkan nilai (keunggulan) dan kompetisi dirinya. Ia terus bergerak bak aliran air yang terus mengalir menuju muara idealismenya… seraya menghasilkan percikan-percikan nan indah…. Percikan yang mampu menelurkan “semangat baru” dan menetaskan loncatan energi yang dahsyat. Konsekuensinya, tak ada kata menyerah dalam jiwanya. Ia senantiasa berpikiran positif terhadap apa yang digariskan. Sabar, tawakal, dan ikhtiar merupakan potensi rahasia kehiupannya. Baginya, standar kebaikan (kebahagiaan) hanya ridha Tuhan. Komitmennya untuk selalu berbuat yang terbaik dan tabah dengan segala konsekuensinya yang telah dijalani (baik atau buruk), selalu kokoh. Inilah buah dari kematangan emosi yang digali dari pemahaman “hakikat diri” Beberapa hal dapat kita lakukan untuk mengembangkan dan melejitkan pemahaman hakikat diri/kemampuan diri. Usaha pertama adalah menancapkan motivasi berbuat yang kuat. Yang kedua adalah percaya penuh kepada Tuhan dan bersandar sepenuhnya kepada-Nya. Kita berikhtiar sekuat tenaga dengan keyakinan penuh bahwa usaha-usaha yang telah kita lakukan akan menghasilkan manfaat atau tidak hanya dengan izin-Nya. Sikap positif inilah yang akan mengantarkan seseorang menuju kegemilangan hidup. Di samping itu, sikap optimis mesti hadir di tengah penggalian potensi diri. Tanpa sikap optimis, kita akan tetap menjadi pecundang. Larut dalam kegagalan dan terbelenggu oleh ”tirani” pesimistis. Sebaliknya, orang yang bersikap optmis, motivasi untuk berbuat yang terbaik sangat kuat. Kegagalan tak membuatnya kecut. Baginya, kegagalan merupakan awal kesuksesan dan dapat memicu pematangan emosi positifnya. Gemilang hidup perlu diraih oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun.

Minggu, 11 Desember 2011

paskibraka indonesia

Pengibar Bendera pusaka yang pertama adalah Bapak Latief Hendradiningrat dan Suhud S. Menjelang HUT Kemerdekaan RI ke-2. Presiden Soekarno memanggil salah satu ajudannya yaitu Bapak Mayor ( L) Husein Mutahar untuk bertugas dan memimpin Upacara Peringataan Kemerdekaan RI ke-2 di Halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta tanggal 17 Agustus 1946.

Gagasan yanga ada dibenak beliau adalah bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibaran bendera sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian beliau memilih 5 orang pemuda sebagai simbol Pancasila, 3 orang putri dan 2 orang putra. Salah satunya adalah Titik Dewi pelajar SMA dari Sumatera Barat, yang tinggal di Yogyakarta. Formasi pengibaran tersebut dilakukan juga pada tahun 1947 dan tahun 1948.

Peringatan HUT Kemerdekaan RI pertama kalinya dilaksanakan di Istana Negara Jakarta tanggal 17 Agustus 1950 yang mana kemudian regu-regu pengibaran bendera ditentukan dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.

Tanggal 5 Agustus 1966 Bapak H. Mutahar menjadi Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka/ Dirjen UDAKA, yang salah satu kegiatannya adalah Pandu Indonesia ber-Pancasila, sempat dua kali diadakan yaitu tahun 1966-1967, kemudian diuji cobakan untuk kurikulum pembinaan, Pasukan Penggerek Bendera Pusaka 1967, dengan menggunakan sistem pendekatan Keluarga Bahagia yang penerapannya berupa gambaran Desa Bahagia.

Kamis, 08 Desember 2011

sejarah pembentukan paskibraka

PDF Print E-mail
  
BENDERA PUSAKA
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, jam 10.00 pagi, di Jln. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Setelah pernyataan kemerdekaan Indonesia, untuk pertama kali secara resmi, bendera kebangsaan merah putih dikibarkan oleh dua orang muda-mudi yang dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat. Bendera ini dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati Soekarno. Bendera inilah yang kemudian disebut "Bendera Pusaka". Bendera Pusaka berkibar siang dan malam di tengah hujan tembakan, sampai Ibukota Republik Indonesia dipindah ke Yogyakarta. Pada tanggal 4 Januari 1946, aksi teror yang dilakukan Belanda semakin meningkat maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta api. Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya, Ibukota Republik Indonesia dipindakan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan, agresinya yang ke dua. Pada saat Istana Presiden, Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein Mutahar dipanggil oieh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka. Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia. Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu. Agar dapat diselamatkan, Bapak Husein Mutahar terpaksa harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya.
Pada saat penyelamatan Bendera Pusaka, terjadi percakapan antara Presiden Soekarno dan Bapak Husein Mutahar. Percakapan tersebut dapat dilihat dalam buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat" karangan Cindy Adams. Berikut petikannya: `Tindakanku yang terakhir adalah memanggil

anak spanti

hidup tak lagi menyepi...
sobat-sobat temani...
setiap hari...

bersama kita bernyanyi...
hilangkan sunyi sepi...
di alam ini...

tertulis lah imajinasi....
kami....
anak spanti....

karya   : CTS







Jumat, 02 Desember 2011

lagu2 paskibra cadas tri satya

PASKIBRA CADAS TRI SATYA

kami adalah anak paskibra
selalu penuhi canda tawa
walaupun kita sedang gelisah
tetap lalui bersama
tanpa ada kata menyerah

paskibra smp 3
tak kan pernah menyerah
paskibra smp 3
yang terbaik untuk kita

paskibra smp 3
tak kan pernah menyerah
paskibra smp 3
cadas tri satya ....